Mau Ikut Lomba, Baperkam Ambruk

Mau Ikut Lomba, Baperkam Ambruk

\"\"KEJAKSAN - Hujan yang turun deras sejak Sabtu (24/12) membuat beberapa daerah di kota Cirebon terkena banjir. Salah satunya adalah wilayah RW 01 Sukapura Kecamatan Kejaksan Cirebon. Derasnya hujan yang mengguyur wilayah RW 01 Sukapura membuat Baperkam-nya ambruk tak kuat menahan derasnya air hujan yang turun. Lokasi Baperkam yang bersebelahan dengan saluran air sungai Kanal membuat beberapa ruangan Baperkam ambruk, seperti wc, dapur PKK, dan tembok pembatas antara baperkam dan saluran air. Kejadian pada pukul 02.30 dini hari Sabtu (24/12) kemarin membuat kaget Suparman selaku Ketua RW 01 Sukapura. Karena beberapa tempat yang ambruk tersebut baru saja direnovasi. ”Saya sendiri dapat kabar dari warga pas jam 02.30 dini hari bahwa Baperkam ambruk gara-gara saluran air yang tidak sanggup menahan derasnya hujan. Padahal ini baru 2 minggu selesai direnovasi,” katanya. Renovasi pada Baperkam yang baru selesai 2 minggu lalu ini sebagai persiapan RW 01 Sukapura untuk mengikuti perlombaan tingkat provinsi. ”Nanti juga bulan Maret 2012 RW kami akan mengikuti lomba Kelurahan tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan RW kami yang menjadi RW percontohan dari Cirebon yang akan diikutsertakan di tingkat provinsi. Tapi ternyata, kemarin Baperkam kami ambruk kena air hujan.” Sementara itu, Wawan selaku LSM Jaringan Masyarakat Sipil yang tengah memantau lokasi kejadian, Minggu (25/12) kemarin mengatakan  kejadian ini di luar dugaan. ”Sungguh diluar dugaan karena Baperkam ini kan baru selesai direnovasi dua minggu lalu dan akan mengikuti lomba. Tapi namanya juga musibah,” ujarnya. Dari pihak RW pun sudah melakukan langkah dalam menghadapi masalah ambruknya baperkam RW 01 Sukapura. “Langkah awal yang kami lakukan yaitu melaporkan kejadian ini ke lurah untuk  diambil langkah selanjutnya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan sendiri butuh anggaran yang tak sedikit. Maka dari itu, saya pun selaku RW semoga ada tindakan dari pemerintah kota untuk menyelesaikan masalah ini,” ujar ketua RW yang juga tengah memantau lokasi kejadian, Minggu (25/12) kemarin. ** Senderan  Baru Juga Ambruk Proyek pembangunan senderan saluran air di Jalan By Pass Brigjen Dharsono yang sedang digarap DPUESDM Kota Cirebon, ambruk, Minggu (25/12), sekitar pukul 14.00 WIB. Satu kendaraan motor milik Kayadi (19), mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang sedang diparkir dekat senderan ikut terjerembab masuk reruntuhan. Lokasi yang runtuh tepatnya di kontraktor paket 2, P12, atau dekat jembatan penghubung Jalan By pass dengan Jalan Perjuangan. Senderan yang runtuh diperkirakan sepanjang 10 meter lari dengan kedalaman 3,5 meter persegi. Beruntung tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut. Kepala Dinas PUESDM, Drs Wahyo MPd mengatakan, runtuhnya bangunan senderan itu disebabkan konstruksi masih basah. Sementara getaran akibat tekanan kendaraan mobil yang melintas cukup tinggi. “Mungkin karena perencanaan yang kurang matang. Tapi kami akan segera perbaiki,” ujarnya kepada Radar, saat meninjau lokasi. Terkait nilai tender, kata Wahyo, proyek untuk pembangunan senderan drainase yang panjangnya 661 meter lari dengan rata-rata kedalaman 3 meter persegi, Rp3 milyar lebih. Sementara kontruksi yang runtuh tampak tidak ada beton maupun rangka besi sebagai antisipasi getaran akibat tekanan mobil yang cukup tinggi. “Mestinya memang bangunan setinggi itu harus menggunakan kunci beton,” katanya. Menurut Ismail, dalam dokumen kontrak kontruksi beton maupun rangka besi tidak ada dalam rencana anggaran biaya (RAB). “Kalau menggunkan beton untuk panjang bangunan 661 meter lari mungkin anggarannya kurang. Ini kalau merujuk perencanaan. Tapi yang lebih tahu tentu bidang perencaan. Kalau kita hanya ngawas sesuai dengan dokumen kontrak,” tuturnya diamini Ahmadi, selaku pengawas proyek. Sementara Kayadi mengaku, tidak mengira sebelumnya bangunan senderan bakal runtuh. “Awalnya motor saya parkir, tidak lama ada suara brug. Dikira suara petir, tapi ternyata senderan ambruk. Otomatis motor saya ikut masuk,” kata pemilik motor menceritakan. Kayadi menyayangkan dengan kejadian tersebut. Karena menurutnya, proyek dengan nilai Rp3 miliar lebih tersebut tidak murah. “Pemerintah harus bertanggung jawab. Mungkin kalau tidak ada kejadian ini saya tidak tahu. Seharusnya bangunan itu menggunakan beton atau rangka besi. Karena nilainya sudah milyaran,” kesalnya. Sebelumnya Wahyo mengatakan, tahap penyelesaian proyek-proyek infrastruktur berkurang menjadi tiga pekerjaan yang tersisa. Sementra tanggal 31 Desember 2011, menjadi batas akhir pekerjaan proyek infrastruktur di Kota Cirebon. Sebelumnya Wahyo juga mengatakan, pihaknya sudah mengikat pemborong, pada bulan Desember pekerjaan harus selesai. “Apabila melebihi tahun 2011, bisa-bisa anggaran tidak cair,” katanya. (nda/hsn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: